Laman

Senin, 28 Juli 2014

Idk

Ini semua bukan tentang seberapa lama anda bisa dapat pacar baru..
Ini tentang seberapa perasaan itu masih tersimpan di hati.
Ya, mungkin ini keliatan bodoh atau freak atau apapun anggapan kalian tentang saya, tapi memang ini yang saya rasain dan alami.
Perkenalan dan pendekatan yang begitu singkat (memang singkat hanya 11 hari) dan ditanggal 20 bulan 4 tahun 2014 kami memutuskan untuk bersama, rasa bahagia yang didapat sangat setara dengan perkenalan yang singkat itu.
Hari-hari dilewati dengan pacaran, dengan yang kata temen-temen 'romantis-romantisan' atau 'fase dimana masih berbunga-bunga' atau 'lagi kasmaran' atau apapun itu. Tak jarang ada konflik di antara kami dan kami masih bisa menyelesaikan itu semua. Banyak suka dan banyak duka, perkelahian antara dua sejoli yang masih 'moody' itu adalah seru. Tapi sejujurnya dia adalah orang yang sangat dewasa, ngayomi banget, njaga banget. Tak jarang ia lebih memilih mengalah dan meminta maaf duluan daripada harus debat berlama-lama karena ia tak suka perdebatan. Ia lebih senang mencubit hidung saya daripada mencium hidung saya, lebih senang mencium kening dan pipi saya daripada mencubitnya, lebih senang bilang 'aku sayang kamu dek' daripada ' i love you yangg' lebih senang untuk membela saya daripada membiarkan saya.
Darinya saya belajar tentang arti dewasa. Ya, berpacaran dengannya adalah suatu anugrah yang sangat indah walaupun kami terganjal perbedaan. bulan pertama hingga bulan-bulan selanjutnya adalah tantangan dalam kisah cinta kami. sampai akhirnya perbedaan itu yang menjadi tembok besar bagi kami. tembok yang tak bisa kami runtuhkan. Februari 2014 akhirnya kami memutuskan untuk berakhir atau lebih gaulnya 'putus' tapi kami berjanji untuk menjadi teman. Februari sampai Mei masih kami jalani bersama-sama yang tanpa saya duka saya masih seperti orang pacaran dengan dia. Memang itu semua diluar ekspetasi saya, tapi saya sangat menikmati. Tanggal 22 masih kami rayakan bersama, bahkan waktu tanggal 22 april itu kami masih saling mengucapkan bahkan ia masih sempat bilang 'cepet pulang ya yangg, aku kangen kamu:')){}'.
Pada akhirnya tanpa sebab yang jelas kami jauh dan semakin jauh dan larut dalam rasa kangen yang sangat. Saya tak sungkan mengucapkan 'aku kangen kamu' tapi dia sungkan, dia gengsi. Perasaannya untuk saya sudah berubah, tak seperti dulu. Dan aku mengerti itu.
Saya selalu berharap bahwa kami bisa seperti dulu, tapi itu tak mungkin bisa terjadi. Mungkin ini adalah jalan dariNya agar kami bisa belajar untuk merelakan dan mengikhlasan satu sama lain. Hari-hari yang telah kami lewati adalah hari-hari yang akan saya kenang. Kini ia telah bahagia dengan kehidupan lamanya sebelum mengenal saya.
Lalu bagaimana dengan saya? Saya masih belajar untuk menghilangkan rasa ini dan mengikhlaskan dia, tapi ini adalah satu yang paling berat. Sampai saat ini masih menyimpan rasa itu dan saya masih seringkali terbakar rasa cemburu olehnya yang sudah bukan milik saya lagi dan itu menyakitkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar